Kamis, 23 Juli 2009

Dongeng : " Putri Tanabata "

Pada jaman dahulu kala, di suatu desa hiduplah seorang pemuda. Pekerjaannya mengumpulkan kayu bakar di gunung atau membajak ladang. Suatu hari ia menemukan benda yang aneh "Apa ini ? Oh ini pakaian, alangkah indahnya!" ia belum pernah melihat pakaian seindah itu. Ia memasukkannya kedalam keranjang dengan hati - hati dan siap pulang kerumah.
Pada saat itu ..." Permisi"
" Eh siapa yang memanggilku?"
Muncullah seorang wanita cantik dari tengah - tengah semak - semak dekat kolam.
" Ya sayalah yang memanggil Anda, tuan."
" Ada apa? "
" Tolong kembalikan pakaian Bidadari saya."
" Pa - pakaian bidadari?"
" Betul kalu tidak ada pakaian bidadari itu, saya tidak bisa pilang ke langit." wanita itu berkata dengan raut muka hampir menangis. "Saya wanita yang tinggal di langit, bukan dari dunia ini. Saya masuk kolam ini dan mandi tapi lupa waktu . Tolong kembalikan pakaian bidadari saya. "
"Pa- pakaian bidadari apa? A - aku tidak tihu apa itu?." Si pemuda berpura - pura.
Akhirnya bidadari yang tidak bisa pulang itu terpaksa tinggal di bumi dengan hati berat. Bidadari itu bernama Tanabata. Dan akhirnya Tanabata dan si pemuda menjadi suami istri.
Beberapa tahun telah berlalu. Pada suatu hari si pemuda pergi bekerja di ladang, Tanabata melihat seekor merpati mematuki retakan balok langit - langit, hingga menarik keluar sesuatu benda- ASTAGA!!! Itu adalah pakaian bidadarinya. "I-itu..adalah..., ternyata dia menyembunyikannya!" Tanabata segera mengenakan pakaiannya dan segera menjadi Bidadari kembali.
Ketika hari sore, pemuda pulang dari ladang dan terkejut menemukan Tanabata berdiri di depan rumah. "Tanabata! Oh pakaian bidadari! "lalu pemuda itu segera mengerti apa yang terjadi.
"Sayangku, kalau kamu merasa mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal jerami dan kubur kan di sekitar pohon bambu. Tolong.., lakukanlah ...Aku akan menuggumu."
Tanabata melayang semakin tinggi, lalu kelangit.
Si pemuda sedih sekali lalu ia mulai membuat sandal jerami, ia terus menerus menganyam sepanjang hari. Setiap kali menghitung ia berkata "belum cukup" dan terus menganyam. Suatu hari akhirnya ia selesai mengubur seribu pasang sandal jerami disekitar bambu. "Huff, apakah cukup dengan ini?" begitu ia selesai mengubur sandal disalah satu pohon bambu, ternyata bambu itu langsung membesar dengan cepat tumbuh tinggi kelangit dengan kokoh.
"Oh, aku mengerti! kalau aku memanjat ini pasti bisa bertemu dengan Tanabata..." Lalu dengan cepat dia mulai memanjat, saat tinggal sedikit mendekati langit ia tak kunjung menjangkaunya. Ternyata saat menganyam sandal jumlahnya kurang dari 1000 pasang tapi hanya 999 pasang saja. Jadi tinggal selangkah lagi ia baru bisa menjangkaunya.
"Tanabata! Tanabata! " suara pemuda sampai ketelinga Tanabata yang sedang memintal. "Wah jangan - jangan, ini suara... ". Ia mencoba mengintip dari atas awan, dan betul
" Sayangku - sayangku!"
"Tanabata, Tanabata!" tanabata menjulurkan tangan dan mengangkat pemuda keatas awan. " Tanabata aku rindu padamu...".
Dua orang itu meraih tangan satu sama lain dan merasa bahagia.
Pada saat itu muncullah muka seorang laki - laki di sela-sela awan . Ia adalah ayah Tanabata.
"Siapa laki - laki itu?" tanya ayah Tanabata. " Ini suami saya" jawab Tanabata. "Senang berjumpa dengan Anda, " ujar si pemuda.
Ayah Tanabata tidak suka putrinya menikah dengan laki-laki dari dunia bawah. Jadi dia berpikir untuk menyuruh melakukan kerja yang sulit. "Hmm jadi kamu melakukan kerja apa di dunia bawah?" " Saya bekerja di ladang atau di gunung." "Kalu begitu baiklah aku minta kau mengerjakan ini." Kemudian ia menyuruh si pemuda menabur biji - biji di ladang dalam 3 hari. sipemuda berusaha keras dan selesai, tapi Ayah Tanabata berkata " Aku bilang menaburkan biji - biji di sawah sebelah sana." " Lho... kok.., " si pemuda kecewa. kemudidan Tanabata yang ikut sedih melihat suaminya, meminta bantua seekor merpati " Tolong panggil kawan - kawan mu dan taburkan biji - biji yang ada di ladang ke sawah." Lalu pekerjaan itupun selesai dalam sekejap.
Kali ini Ayah Tanabata yang merasa kesal menyuruh kerja yang lebih sulit lagi. Yaitu menjaga ladang labu, karena bila menjaga ladang labu biasanya akan sangat haus sekali. Tatapi bila labu dimakan akan terjadi masalah yang gawat.
"Pokoknya jangan makan labu!" pesan Tanabata. Namun pemuda yang telah diberitahu oleh Tanabata, tidak bisa menahan rasa hausnya. Akhirnya ia memakan labu itu. Dalam sekejap mata, air tumpah dari labu itu. Dan Air yang tumpah itu menjadi sungai dan mulai mengalir hingga mengeluarkan suara yang bergemuruh.
" Sayangku!"
"Tanabata!"
Tanabata dan pemuda terpisah dengan tiba - tiba.
Dengan demikian sosok dua orang yang berhadap - hadapan mengapit sungai itu menjadi Bintang ALTAIR dan VEGA. Kedua orang itu mendapat ijin dari ayah Tanabata untuk bertemu sekali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli. Kedua bintang itu sampai sekarang masih berkilauan indah mengapit Bimasakti.

Note: Setiap tanggal 7 juli adalah hari perayaan Tanabata. Sejak jaman Edo mulai ada kebiasaan di kalangan masyarakat Jepang untuk menuliskan harapan dan keinginannya di kertas warna - warni persegi panjang lalu menghiasnya pada daun bambu sambil memohon semoga keinginannnya tercapai.

Ini salah satu foto hiasan bambu yang dibuat anak - anak dan sudah ditempel dengan hiasan dan "wishing paper" ditiap kelas disekolah di jepang.

Iin.

Cerita ditejemahkan oleh Shito Naoko - Tokyo University Of Foreign Studies.